A: Ada siapa disana?
B: Ini adalah diriku
A: Apa sebenarnya diriku?
B: diriku merupakan pengalamanku
A: apa pengalaman diriku?
B: Pengalaman diriku merupakan rasa diriku
A: Apa rasa pada diriku?
B: Rasa diriku merupakan aksi diriku
A: Apa aksi diriku
B: Aksi diriku adalah lawan dari reaksi diriku
A: apa tujuan diriku?
B: Tujuan diriku adalah harapan diriku
A: Apa harapan diriku sebagai tujuan diriku?
B: Harapan diriku merupakan keinginan diriku
A: Dari mana keinginan diriku?
B: Keinginan diriku dari hati diriku
A: Apa hati diriku pada diriku?
B: Hati diriku adalah penuntun diriku
A: Kapan hati diriku menuntun diriku?
B: Saat diriku berdoa
A: Apa berdoa pada diriku?
B: Berdoa diriku merupakan permintaan diriku
A: Apa permintaan diriku?
B: Permintaan diriku adalah kehendak diriku
A: Apa tujuan kehendak pada diriku?
B: Merupakan yang terbaik bagi diriku dan sekitar diriku
A: Apa pebedaan diriku?
B: Diriku berbeda dengan dirinya
A: Dari mana perbedaan diriku
B: Perbedaan diriku dari sudut pandang
A: Apa sudut pandang pada diriku?
B: Sudut pandang diriku adalah pendapat diriku
A: Dari mana sudut pandang diriku?
B: Sudut pandang diriku berdasarkan bacaanku
A: Apa bacaan diriku?
B: Bacaan diriku adalah alam sekitar diriku
A: Dari mana bacaan diriku
B: Bacaanku dari penangkapan panca indraku
A: Apa panca indra diriku?
B: Panca indra diriku adalah jiwa dan ragak diriku
A: Apa jiwa pada diriku?
B: Jiwaku adalah rohku
A: Apa raga pada diriku?
B: Raga diriku adalah badan diriku
A: Apa hubungan jiwa dan raga pada dirku?
B: Jiwa dan raga bersenyawa selama jantung diriku masih berdetak
A: Kapan jiwa dan raga tidak bersenyawa?
B: Pada saat diriku mencapai kematian
A: Apa itu kematian diriku?
B: Kematian merupakan awal dari babak kehidupan diriku selanjutnya
A: Kapan kematian diriku?
B: Itu merupakan rahasia dari Tuhan diriku
A: Apa rahasia Tuhan pada diriku?
B: Rahasia Tuhan merupakan rencana dan kehendakNya
A: Apa bentuk diriku?
B: Bentuk diriku adalah wujud diriku
A: Dimanakah diriku?
B: Diriku ada dalam pikiranku
A: Apa hubungan diriku dengan pikiranku?
B: Diriku sedang menjadi objek pikiran diriku
A: Kapan pikiranku menjadi objek dalam pikiran diriku
B: Saat diriku melakukan metakognitif diriku
A: Apakah diriku pernah menjadi objek bagi dirinya?
B: Pernah, yaitu pada saat dirinya memberlakukan diriku sebagai objek bagi dirinya
A: Apa perbedaan diriku dan dirinya
B: Dirinya diluar diriku
A: Apa perbedaan dirinya dan diriku?
B: Dirinya bukan diriku
A: Apakah sebenarnya dirinya bagi diriku?
B: Dirinya menjadi relasi bagi diriku
A: Apa relasi dirinya bagi diriku?
B: Dirinya berelasi dengan diriku pada saat diriku memikirkan dirinya
A: Apa bentuk relasi lain dirinya bagi diriku?
B: Dirinya berelasi dengan diriku pada saat dirinya memikirkan diriku
A: Mengapa diriku berelasi dengan dirinya?
B: Untuk mengisi kekosongan pada diriku
A: Apa alasan lainnya?
B: Untuk mengisi kekosongan pada dirinya
A: Kapan dirinya bisa mengisi diriku?
B: Pada saat dirinya menjdi isi dan diriku menjadi wadah
A: Kapan diriku bisa mengisi dirinya?
B: Pada saat diriku menjadi isi dan dirinya menjadi wadah
A: Apa wadah diriku?
B: Wadah diriku merupakan kebutuhan isi bagi diriku
A: Apa isi diriku?
B: Isi diriku merupakan kepemilikanku
A: Dimana isi diriku?
B: Isi diriku ada di dalam hati dan pikiranku
A: Dimana lagi isi diriku?
B: Isi diriku ada di dalam jiwa dan ragaku
A: Apa peran diriku?
B: Peran diriku adalah perbuatanku
A: Kapan diriku berperan?
B: Pada saat diriku berbuat
A: Apa perbuatan diriku?
B: Perbuatan diriku adalah tingkah laku diriku
A: Bagaimana tingkah laku diriku?
B: Berusaha adil adalah tingkah laku diriku
A: Apa adil bagi diriku
B: Adil diriku bila sesuai ruang dan waktu
A: Apa ruang diriku?
B: Ruang diriku adalah tempat keberadaan diriku
A: Apa waktu diriku?
B: Waktu diriku adalah kapan keberadaan diriku
A: Bagaimana adil bagi diriku?
B: Adil bila dapat bertindak sesuai dengan ruang dan waktu
A: Mengapa diriku adil?
B: Karena diriku ingin adanya kesesuaian
A: Kapan diriku adil?
B: Pada saat diriku dapat menyesuaikan tindakanku dengan ruang dan waktu
A: Dari mana diriku?
B: Diriku dari asalku
A: Dimanakah asal diriku?
B: Diriku berasal dari tanah kelahiranku
A: Apa itu tanah kelahiran diriku
B: Tanah kelahiran diriku merupakan dimana diriku dilahirkan
A: Dimana diriku dilahirkan?
B: Ditempat diriku dilahirkan
A: Bagaimana diriku dilahirkan?
B: Diriku dilahirkan dengan cara yang luar biasa
A: Apa luar biasanya kelahiran diriku?
B: Luar biasanya berupa pertaruhan nyawa yang melahirkan diriku
A: Mengapa ada pertaruhan nyawa saat diriku dlahirkan?
B: Karena diriku merupakan diriku yang istimewa
A: Apa istimewa diriku?
B: Diriku merupakan keajaiban kecil dari Tuhanku
A: Bagaimana diriku menjadi keajaiban kecil Tuhanku?
B: Diriku merupakan salah satu kehendakNya dan menjadi bagian dari rencanaNya
A: Apa peran diriku dalam istimewa diriku?
B: Diriku berusaha selalu bertaqwa pada Tuhanku
A: Apa taqwa diriku pada Tuhanku?
B: Diriku berusaha menjalankan perintah Tuhanku
A: Apa bentuk lain taqwa diriku pada Tuhanku
B: Diriku berusaha menjauhi larangan Tuhanku
A: Apa pertanyaan diriku?
B: Pertanyaan diriku merupakan rasa ingin tahu diriku
A: Bagaimana rasa ingin tahu diriku
B: Diriku memiliki rasa ingin tahu terhadap pengetahuan baru
A: Apa jawaban diriku?
B: Jawaban diriku merupakan pengalaman diriku
A: Bagaimana pengalaman baru diriku?
B: Pengalaman baru diriku merupaka pengetahuan baru bagi diriku
A: Pengetahuan baru yang bagaimana?
B: Pengetahuan baru diriku.
Referensi :
Ahmad Tafsir, 2000, Filsafat Ilmu; Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Bandung
Jujun S. Suriasumantri, 2007, Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapn Jakarta
Harold H. Titus, alih bahasa oleh Prof. Dr. H. M. Rasjidi, 1984, Persoalan-persoalan Filsafat, Jakarta, P.T Bulan Bintang Jakarta.
Setelah ikhtiarku, sekali lagi setelah ikhtiarku, aku menemukan bahwa ontologi diriku meliputi semua yang ada dan yang mungkin ada tentang diriku. Yang telah aku ucapkan tentang diriku itu meliputi yang ada dan yang mungkin ada tentang diriku, padahal lebih banyak lagi yang belum aku ucapkan tentang diriku. Tetapi itupun hanya ucapanku, padahal aku masih bisa memikirkan tentang diriku. Mengapa cuma memikirkan? Akupun berusaha merasakan tentang yang ada dan yang mungkin ada tentang diriku. Padahal aku mempunyai perasaan yang pasti tentang diri Tuhan ku, ketika mana aku tidak mampu memikirkannya. Tetapi aku tidak mau mengatakan dengan pikiranku bahwa Tuhan itu mungkin ada. Jikalau tanganku mampu berkata, maka dia juga akan berkata Tuhan ku itu pasti. Padahal tanganku itu meliputi yang mungkin ada bagi gerakannya. Maka renungkanlah.
BalasHapusSebuah perenungan diri yang tentunya sangat bermakna dalam hidup ini, semoga Alloh SWT membimbing dan menuntun kita pada jalan yang benar, Amiin. Selamt berjuang saudaraku, semoga ada berkah di dalamnya,
BalasHapus